Bejatnya Orang Itu
- Home
- Cerita ngentot
- Bejatnya Orang Itu
Kisah ini merupakan kisah kehidupanku sendiri berawal semenjak aku duduk di kelas dua SMP aku sudah berpacaran dengan Gilang teman sekelasku. Meskipun hanya sebatas cinta monyet tapi aku benar-benar menyukainya bahkan hingga kini aku selalu mengingatnya. kami berpisah saat lulus dari SMP dan lostkontak setelah itu karena aku dengar Gilang pindah keluar kota bersama dengan keluarganya.
Kini aku sudah menginjak dewasa dan sudah kuliah di salah satu kota besar jauh dari kampung halamanku. Dengan usia yang sudah menginjak 21 tahun aku harus pintar-pintar mengatur keuanganku karena aku tahu kalau ayah ibuku hanyalah seorang PNS biasa, dan bukan hanya aku saja yang mereka biayai tetapi juga kedua adikku yang masih sekolah di kampung.
Namaku Elena anak sulung dari tiga bersaudara, aku juga satu-satunya anak perempuan di keluargaku karena kedua adikku cowok semua. Dan akupun harus menjadi panutan yang baik bagi kedua adikku itu, karena itu aku jarang terlihat bersama dengan seorang cowok apalagi kalau sampai melakukan adegan yang tak layak seperti dalam cerita dewasa ngentot yang biasa di lakukan teman-temanku.
Sejak putus dari Gilang aku tidak pernah lagi menjalin cinta dengan cowok, hingga aku lewati masa SMAku tanpa adanya kenangan dengan seorang pacar. Hingga kini menginjak semester dua aku kembali di pertemukan dengan Gilang secara tidak sengaja di sebuah mal yang lumayan dekat dengan tempat kostku. Saat itu Gilang sendirian sambil mendorong troli belanjaan.
Sebenarnya aku melihatnya terlebih dahulu, tapi aku kaget bukan main sebelum aku bisa pergi dari tempat itu “Lenaa.” Teriaknya aku masih ingat suara itu, tanpa bisa menghilangkan rasa maluku akupun menoleh ke arahya “Hai.. kamuu.. ada disini.” Dia menghampiriku singkatnya kamipun makan bareng di mal tersebut, dan dari situ aku tahu kalau Gilang memang tinggal di kota ini.
Sejak saat itu kami jadi lebih sering berhubungan rupanya Gilang masih seperti dulu, dia begitu perhatian padaku. Bahkan sikapnya masih sama seperti kami pacaran dulu dia selalu menghubungiku sepanjang waktu, entah itu pagi untuk mengingatkan aku agar tidak lupa untuk sarapan ataupun di malam hari sebelum aku terlelap tidur. Perhatian yang di berikan oleh Gilang kembali menumbuhkan benih-benih cintaku.
Tidak terasa hubungan kami sudah berjalan dua bulan meskipun masih belum ada komitmen diantara kami berdua. Hingga pada suatu hari Gilang mengajakku pergi ke sebuah tempat dimana hanya ada kami berdua, sebenarnya Gilang mengajakku dengan alasan ke rumah temannya. Tapi begitu sampai di ruamh ini aku tidak melihat seorangpun meskipun rumahnya lumayan besar.
Mungkin Gilang tahu kalau aku gugup “Ayo duduk aja.. nggak ada orang kok..aku emang sengaja ngajak kamu kesini..” Gilang menuju ke dalam sedangkan aku masih berada di ruang tamu rumah tersebut, kemudian dia datang dengan membawa minuman untukku. Karena merasa haus dan juga gugup akupun meminumnya, tanpa merasa curiga sedikitpun aku terus menghabiskan minuman tersebut.
Tidak lama berselang aku merasa hangat seluruh tubuhku, bahkan serasa ada yang menggelitik diseluruh tubuhku. Gilang semakin mendekat padaku dan aku bukan lagi mendengarkan dia bicara tapi tatapan mataku fokus pada bibirnya. Dan entah kerasukan darimana aku langsung mendekat dan melumat bibir Gilang yang begitu menggodaku terasa hangat rasanya.
Apalagi bibir Gilang mulai bermain dengan lidahnya di dalam rongga mulutku. Serasa ada yang membangkitkan gairah sexku, karena tubuhku semakin panas saja rasanya dan ketika Gilang mulai melepas pakaianku aku hanya diam saja “OOooouuuuuhhhh…. aaaaaahhhh.. Gilaaaaaangg… jaaangaaaan… aaaaahhhhhhh… eeeehhhhmmmmm…. aaaaahhhh..” Desahku menggelinjang.
Namun bukannya menghentikan perbuatannya dia malah melepas bajunya sendiri. Hingga terlihat kontolnya mengacung padaku aku menutup mataku dengan kedua telapak tanganku “Sini …aku masukkan ya..nanti juga enak kok..” Katanya merayuku, bukannya menolak aku malah menggangguk entah keberanian darimana seakan ingin segera menikmati adegan layaknya dalam cerita ngentot.
Gilang agak keras mendorong tubuhku hingga akupun terlentang di atas sofa itu. Kemudian dia menindih tubuhku dengan keras juga dia memasukkan kontolnya ke dalam kemaluanku “Ooouuuwwww..sakiit..aaaaggghh…. heeeeeggghhh… aaagggghhh..” Gilang tidak memperdulikan jeritanku dia masih saja bergerak ketika kontol itu sudah menyusup dalam memekku.
Anehnya gerakan Gilang yang awalnya membuat sakit kemaluanku akhirnya nikmat juga kurasa “OOooouuugggghh…. aaaaaggghhh… aaaaagggghh… aaaagggghhh… aaaaggghhhh..” Kini aku tidak lagi diam tapi juga menggerakan tubuhku di bawah tubuh Gilang, bagai pemain dalam adegan cerita ngentot kami terus melakukan gerakan mesum itu dan aku tahu rasa nikmatnya tiada terkira.
Gilang semakin cepat melakukan gerakan turun naik di atas tubuhku. Bahkan akupun sampai menjambak-jambak rambutnya sedang bibir Gilang kembali menunduk untuk mencium bibirku sambil terus bergoyang “Oooooouuggghh…. aaaaaggggghhh… aaaaaggghhh… aaaaaagggghhh.. ” Panas tubuh yang aku rasakan berangsur membaik berganti dengan rasa kenikmatan yang diberikan oleh Gilang.
Kini dia semakin menekan semakin dalam kontolnya dalam memekku sampai akhirnya aku mendengar dia mengerang panjang “Ooouuggghh… aaaaaggghhh… saaayangg… aaaaggghhhh… aaaagghhh… aaaggghhh..”Saat itulah aku merasakan memekku becek oleh sesuatu yang begitu kental dan hangat kurasa. Dan aku lihat Gilang terhempas di samping tubuhku.
Sejak saat itu aku semakin sayang pada Gilang dan aku merasa kalau kami sudah balikan lagi seperti dulu. Meskipun tidak ada kata cinta ataupun mengajak balikan lagi dari Gilang. Sampai akhirnya pada suatu hari aku pergi ke kampus Gilang tanpa memberitahunya, sesampainya disana aku masih celingukan mencari sosok Gilang tapi belum ketemu juga.
Aku tidak menghubunginya karena ingin mengejutkan Gilang. Namun ketika aku jalan terus menuju halaman kampusnya aku melihat Gilang sedang berduaan dengan seorang gadis, sebelum aku mendekat aku melihat mereka begitu mesra. Dan yang membuat aku sakit hati karena bukannya menghampiriku Gilang malah pergi begitu saja bersikap seolah tidak mnegenalku, akupun merasa lemas saat itu juga.